Kamis, 02 Juni 2011

MENYOAL KENAIKAN ISA ALMASIH DALAM BIBEL

Hari Kenaikan Yesus Kristus (Kenaikan Isa Almasih) yang diperingati setiap tahun sebagai hari libur nasional, sangat bersejarah dan bermakna bagi umat Kristiani. Pada hari raya ini diyakini bahwa jasad insani dan oknum ilahi Yesus yang sudah mati lalu hidup lagi, kemudian naik ke sebelah kanan Tuhan di sorga. Maknanya, bahwa Yesus telah mengambil bagian sepenuhnya dalam kemuliaan, kekuasaan dan pemerintahan Tuhan.

Untuk menunjukkan makna penting Hari Kenaikan Yesus, Abd. al-Masih mengutip ayat-ayat Al-Quran untuk dijadikan sebagai alat pembenaran terhadap doktrin tersebut. Dalam buku A Question that demands an Answer terbitan The Good Way, Rikon, Switzerland, (edisi Indonesia: "Jawaban Yang Disingkapkan") ditulis demikian:
Dapat kita baca di Quran, Allah telah mengangkat Kristus kepada-Nya serta berjanji kepadanya: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku” (Ali Imran 55).
Janji ini dinyatakan dalam Quran dan telah digenapi secara faktual: “….Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya” (An Nisaa 158).
Dengan perkataan lain, Allah mengambil Yesus anak Maria keluar dari kubur dan mengangkat dia kepada-Nya. Maka sekarang dia hidup dekat Allah” (hal. 36).

Kerancuan Tafsir Abd. al-Masih

Tanpa disadarinya, jerih payah Abd. al-Masih dalam mengotak-atik Al Quran itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Dikutipnya Ali Imran 55 secara tidak utuh, yang di dalamnya ada firman Allah bahwa Dia sendiri yang akan mewafatkan/mematikan nabi Isa alaihissalam (Yesus). Kalimat ini jelas membantah doktrin Trinitas (ketuhanan Yesus) yang diyakini umat Kristiani.
Jika Allah mewafatkan nabi Isa, maka otomatis dapat disimpulkan bahwa Isa (Yesus) bukan Tuhan. Jika nabi Isa adalah Tuhan, bagaimana mungkin ada Tuhan yang mewafatkan Tuhan??
Selanjutnya, disebutkan bahwa Allah akan membersihkan nabi Isa dan para pengikutnya dari orang-orang kafir. Termasuk orang-orang kafir di sini adalah umat Kristen yang menjadikan nabi Isa sebagai Tuhan (Qs. Al Ma-idah 72-73, Al-Bayyinah 6). Para pengikut Nabi Isa adalah kaum Hawariyun (Qs. As Shaff 16). Jadi nabi Isa dan para pengikut setianya dibersihkan dari orang-orang kafir dan umat Kristen.

Analisa Kenaikan Yesus Ke Surga

Dalam Bibel, hanya ada dua ayat yang melaporkan kronologis kisah kenaikan Yesus ke sorga, yaitu Markus 16:19 dan Lukas 24:51. Ini sungguh mengherankan, peristiwa besar dalam iman Kristiani diperingati sebagai “Hari Kenaikan Tuhan Yesus” ini ternyata hanya ada dua referensi.
“Sesudah Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah” (Markus 16:19).
“Dan ketika ia (Yesus, pen.) sedang memberkati mereka, ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga” (Lukas 24:51).
Bila dianalisa, kedua ayat yang menceritakan kronologis kenaikan Yesus ke Sorga itu bermasalah, karena beberapa alasan berikut:
Pertama, Kesaksian Injil Markus dan Injil Lukas tentang kenaikan Yesus ke sorga itu tidak dapat diterima kedua-duanya, karena saling bertentangan. Markus mengatakan bahwa Yesus naik ke sorga setelah berbicara kepada 11 orang murid Yesus, sedangkan Lukas menceritakan bahwa Yesus naik ke sorga ketika sedang memberkati 11 murid Yesus.
Kedua, Injil Markus 16:19 menceritakan bahwa Yesus naik ke sorga lalu duduk di sebelah kanan Allah. Ini bertentangan dengan Kisah Para Rasul 7:56 yang menceritakan bahwa Yesus tidak duduk, melainkan berdiri di sebelah kanan Tuhan.
“Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah”.
Ketiga, kesaksian penulis Injil Markus dan Injil Lukas bahwa Yesus sudah naik ke sorga lalu duduk/berdiri di sebelah kanan Allah, itu menunjukkan posisi Allah yang berarti Tuhan bisa dilihat dengan mata secara langsung oleh kedua penulis Injil itu. Hal ini tidak dapat dipercaya, sebab mustahil mata manusia bisa melihat Allah dan bertentangan dengan ayat-ayat berikut:
“Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat(Yohanes 5:37).
“Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin” (I Timotius 1:17).
“Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia(I Timotius 6:16).
“Lagi firman-Nya: “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup(Keluaran 33:20).
Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah(I Yohanes 4:12).
Keempat, Injil Markus ayat 9-20 bukan termasuk Injil naskah lama, melainkan tambahan belaka. Para pakar Alkitab sepakat bahwa ayat tersebut adalah palsu, bukan Injil Markus yang asli, dengan penjelasan berikut:
“The earliest manuscript and some other ancient witnesses do not have Mark 16:9-20” (The Holy Bible New International Version, h.1159).
“Pandangan yang umum diterima ialah bahwa Injil ini dirusakkan pada halaman terakhir, baru setelah ditulis. Atau bahwa Markus tidak dapat menyele­sai­kan­nya, barangkali karena bertambah-tambahnya penghambatan. (Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, hal. 190).
“Markus 16:9-20 ini agaknya tidak termasuk Injil Markus yang asli. Mungkin tidak lama setelah Markus terbit, bagian penutup ini dimasukkan sebagai peng­ganti penutup yang lain” (Kitab Suci Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan, hal. 133).
“Ayat lainnya dari bab 16 ini (Markus 16:9-20) rupanya ditulis oleh tangan orang lain….. Meskipun jelas bukan dari Markus, namun Gereja tidak pernah meragukan sebagai juga terilhami” (Tafsir Injil Markus, hal. 18).
Dari beberapa penjelasan tersebut, timbullah pertanyaan, jika ayat tersebut bukan tulisan Markus, kenapa dimasukkan ke dalam Injil Markus lalu disebut sebagai Injil Markus??
Jadi, tulisan Abd. al-Masih itu sangat lucu dan tidak ilmiah. Jika peristiwa Kenaikan Yesus itu sangat penting, kenapa dari empat Injil itu hanya Markus dan Lukas saja yang menulis, padahal mereka itu bukan murid Yesus? Kenapa Matius dan Yohanes bersikap abstain, tidak melaporkan Kenaikan Yesus??
Jika Injil saja tidak tidak melaporkan secara lengkap, hanya sepotong-sepotong, mengapa Abd. al-Masih bersusah payah mengacak-acak Al-Qur’an untuk mencari dukungan terhadap doktrin Kenaikan Yesus?? Aneh sekali missionaris satu ini.
Tim Fakta/Sabili
voa-islam.com

KEHIDUPAN ISLAM DAPAT MENGAMBIL HIKMAH DARI PENGARUH AJARAN YAHUDI

Ungkapan yang berbunyi:
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.
Ungkapan ini terdapat dalam beberapa kitab, di antaranya Kimiya As Sa’adah karya Imam Al Ghazali (hal. 1. Mauqi’ Al Warraq). Namun, sayangnya beliau –Rahimahullah-  telah menggunakan kalimat “Rasulullah bersabda” terhadap hadits ini.
Selain itu juga terdapat dalam Hilyatul Auliya’ karya Imam Abu Nu’aim. (4/350. Mauqi’ Al Warraq)
Dan ternyata itu adalah ucapan Imam Sahl bin Abdullah At Tastari, seorang ulama sufi yang dipuji oleh Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim Rahimahumallah. Juga terdapat dalam Al Futuhat Al Makkiyah karya Abu Thalib Al Makki. (5/462. Mauqi’ Al Warraq)
Para Imam Muhaqqiqin (peneliti) mengatakan bahwa ungkapan ini bukanlah ucapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Imam As Sakhawi, mengutip dari Abu Al Muzhaffar As Sam’ani yang mengatakan bahwa dia tidak mengetahui adanya ucapan seperti ini yang marfu’ (sampai kepada  Rasulullah), dan diceritakan bahwa ini adalah ucapan Yahya bin Muadz Ar Razi Radhiallahu ‘Anhu. Sedangkan Imam An Nawawi mengatakan bahwa ucapan ini tidaklah tsabit (kokoh) dari Rasulullah. (Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 220. Imam As Suyuthi, Ad Durar Muntatsirah, Hal. 18)

Sedangkan Imam Ash Shaghani dengan tegas memasukkannya dalam deretan hadits palsu.
(Imam Ash Shaghani, Al Maudhu’at, hal 2).
Begitu pula Imam Ibnu Taimiyah menegaskan kepalsuan hadits ini. (Imam Al ‘Ajluni, Kasyf Al Khafa’, 2/262/2532. Mauqi’ Ya’sub)
Sedangkan Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini tidak ada asalnya. (As Silsilah  Adh Dhaifah,  1/165/66) beliau mengutip perkataan Al ‘Allamah Fairuzzabadi –pengarang Qamus Al Muhith- sebagai berikut:
ليس من الأحاديث النبوية ، على أن أكثر الناس يجعلونه حديثا عن النبي صلى الله عليه وسلم ، و لا يصح أصلا، و إنما يروي في الإسرائيليات : " يا إنسان اعرف نفسك تعرف ربك
“Ini bukanlah hadits nabi, hanya saja banyak manusia menjadikan ucapan ini dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan ini pada dasarnya tidak  benar. Ini hanyalah diriwayatkan dalam ucapan Israiliyat (pengaruh ajaran Yahudi): Wahai manusia kenalilah dirimu niscaya kau akan kenal Tuhanmu.” (Ibid) Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengomentari ungkapan ini, katanya:
وَبَعْضُ النَّاسِ يَرْوِي هَذَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَيْسَ هَذَا مِنْ كَلَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا هُوَ فِي شَيْءٍ مِنْ كُتُبِ الْحَدِيثِ وَلَا يُعْرَفُ لَهُ إسْنَادٌ . وَلَكِنْ يُرْوَى فِي بَعْضِ الْكُتُبِ الْمُتَقَدِّمَةِ إنْ صَحَّ " يَا إنْسَانُ اعْرَفْ نَفْسَك تَعْرِفْ رَبَّك
“Sebagian manusia ada yang meriwayatkan ini dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, padahal ini bukanlah ucapan Nabi, dan tidaklah sama sekali tercantum dalam kitab-kitab hadits, dan tidak diketahui sanadnya. Tetapi, jika benar, ucapan ini diriwayatkan dalam kitab-kitab terdahulu, “Wahai manusia kenalilah dirimu niscaya kau akan kenal Tuhanmu.” (Majmu’ Fatawa, 16/349. Cet. 3, 2005M-1426H. Darul Wafa’. Tahqiq: Anwar Al Baz – ‘Amir Al Jazaar)
Demikian status perkataan tersebut, yang jelas-jelas bukan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Catatan:
Ungkapan ini walau tidak benar disandarkan sebagai ucapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, namun memang memiliki nilai kebaikan. Maka, lebih bagus dikategorikan ini merupakan ucapan hikmah saja. Sebab mengenal diri sendiri, lalu mentafakkurinya diakui bisa menjadi sarana untuk semakin berma’rifah kepadaNya. Sebab diri manusia termasuk salah satu tanda-tanda kekuasaanNya, yang mesti ditafakkuri, sebagaimana ciptaan Allah Ta’ala lainnya.
Allah Ta’ala berfirman:Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS. Ali ‘Imran (3): 190-191)
Oleh karena itu, Imam Sufyan bin ‘Uyainah Radhiallahu ‘Anhu mengatakan:
ليس يضر المدح من عرف نفسه
“Tidak ada masalah   pujian terhadap orang yang mengenal dirinya.” (Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 220)
Mengenal diri sendiri akan membawa sikap positif bagi manusia. Dia akan dapat menempatkan dirinya dalam bersikap dan bertutur kata di tengah-tengah manusia. Sekian. 
suaramedia.com

Label